Uang Sial

Malam itu udara cukup dingin, namun suasana di dalam rumah masih hangat. Kini formasi sudah kembali seperti semula, bahkan adik ipar pun ikut menginap dua-duanya. Aku tidur d luar kamar karena kedua kamar di lantai atas diisi oleh adik ipar, ah sudalah aku memang kakak yang baik hati. Setidaknya pencitraanya seperti itu. Mata sudah sayup-sayup mengajak pergi ke alam mimpi.  Sementara disampingku ada yang masih sibuk dengan gamenya, ya dia istriku.

Ay, gara-gara isoman 3 minggu abis 4 juta dong”, aku memulai pembicaraan. “Iya, mau gimana lagi, yang penting jangan sakit kek gitu lagi” balasnya. “Iya, untung aja hilal kantor kemaren ada dilaci, lumayan buat nyambung idup diakhir bulan ini hahaha..” aku melanjutkan. “Hmm.. tunggu! Perasaan kemaren gak bilang ada hilal, bukannya bilangnya selama WFH gak ada hilal?!” istriku curiga. “Tatap mata saya.. lupa.. lupaa.. lupaaaa…!” aku mencoba mensugesti fikirannya seperti tayangan di televisi. “Apaan sih! Sini duitnya!” reaksi istriku. “Atuh ay… duh kenapa keceplosan!” sambil memukul-mukul mulutku yang tak dapat ku jaga. “Hahaha.. udah lah gak ada bakat ngumpetin duit dari istri” katanya. “50:50 lah ay, dompet kosong nih, kan tadi udh dbeliin beng-beng se-dus” rayu ku. “25:75, sini uangnya!” perintahnya. Aku tak berkutik, akhirnya ku ikhlaskan.

Sebenarnya bukan hanya sekali kejadian ini terjadi. Sudah berulang kali. Memang aku adalah suami yang tak memiliki bakat untuk menyimpan uang dari istriku. Sempat suatu waktu aku sembunyikan belasan uang lembaran seratus ribu dalam novel Aku, Kau, dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye. Aku tau dia tak akan membuka novel-novel itu, dia bukan tipikal pembaca buku tebal. Namun sial, keponakan ku yang masih kelas 1 SMP meminta ijin untuk meminjam novel itu untuk tugas sekolahnya. Baru saja diambil dari rak atas, dan uang yang kusembunyikan pun berceceran. Istriku langsung tertawa, melihat uang sial ku. Ya memang sial, andaikan uang itu tidak sial, harusnya istriku tak pernah tau akan hal itu.

Sebenarnya sudah berulang kali aku diceramahi oleh rekan kerjaku. Bahwa uang yang didapat dari kantor baik hilal maupun rutin, tetap diberitahu istri, dan lebih baik untuk diberikan kepada istri. Aku hanya mengiyakannya namun masih sedikit menggunakan cheat, aku pun ada kebutuhan bukan?! Sepeda ku pun butuh upgrade yang layak haha.

Tapi bener deh untuk kalian para suami atau calon suami. Ketika uang yang kita dapatkan diberikan kepada istri, maka uang itu akan menjadi berkah tersendiri. Toh uangnya disulap jadi hal-hal yang lebih bermanfaat untuk banyak dibandingan kita sendiri yang manfaatnya terbatas. Aku pun masih belajar, bagai manapun aku ingin ketika makan di luar aku bisa berkata “Sudah, aku saja yang bayar!” bukan kah itu pride tersendiri?! Tapi tak ada salahnya untuk mempercayakan seluruh keuangan kepada istri, selama istrinya sudah faham bagai mana cara mengaturnya dan cara mengelolanya baik secara realita maupun agama.

Published by maoels

Me just me, tidak mengikuti orang lain. Aku tumbuh menjadi diriku sendiri. mencintai segala sesuatu yang ingin aku cintai. Mencoba membuat takdirku sendiri, mengejar apa yang aku inginkan dan pasti ku dapatkan. Ingsya Allah.

2 thoughts on “Uang Sial

    1. Hehe.. Masih perlu belajar banyak lagi, dan sepertinya belum bisa juga karena kesibukan ini dan itu.. tapi terima kasih masukannya.

Leave a comment